Jumat, 31 Januari 2014

DASAR WARNA


Warna merupakan faktor yang sangat penting dalam komunikasi visual , contoh model warna misalnya CMYK (Cyan, Magenta, Yellow, Black) dan RGB (Red, Green, Blue)
CMYK atau empat proses warna dibuat menggunakan warna pigmen primer : cyan, magenta, yellow, black. Black ditunjuk dengan huruf K untuk menghindari kerancuan dengan huruf B bisa jadi warna biru bukan hitam. Biasanya, penggunaan warna CMYK ini pada proses cetak yakni pada printer atau mesin cetak lainnya, dimana tintanya menggunakan penggabungan empat warna ini. CMYK adalah sebuah model warna berbasis pengurangan sebgaian gelombang cahaya (substractive color model) dan yang umum dipergunakan dalam pencetakan warna.
RGB adalah singkatan dari red (merah), green (hijau), dan blue (biru).  Ini adalah tiga warna utama yang membentuk nada pada warna lain, karena bersifat additive dan akan menghasilkan warna lain ketika digabungkan.
Ciri khas perangkat input RGB adalah warna TV dan kamera video, pemindai gambar, dan kamera digital. Khas perangkat output RGB adalah TV set dari berbagai teknologi (CRT, LCD, Plasma, dll), computer dan ponsel, video proyektor, LED multiwarna, dan layar besar seperti JumboTron, sedangkan warna printer, bukan warna RGB tapi warna subraktif (biasanya model warna CMYK)

Sumber : Lesmana Nana. 2012. Simple Photoshop For Photographers. Mediakita, Jakarta Selatan.

Minggu, 17 November 2013

PERBANDINGAN TEORI EKONOMI KLASIK DAN NEOKLASIK

A. Teori Ekonomi Kalsik
Teori ini dikembangkan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa dengan pertumbuhan penduduk yang bertambah mengakibatkan hasil/output (Gross Net Product/PDB) akan bertambah pula, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi bergantung dari tingkat pertumbuhan penduduk itu sendiri.
Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan penduduk itu bersifat pasif, dengan demikian pertumbuhan ekonomi suatu negara akan lebih banyak ditentukan oleh pertumbuhan output (PDB) dan ini saling berkaitan dimana pertumbuhan output (PDB) ditentukan oleh jumlah modal yang ditanam, modal di tentukan oleh laba yang diterima, laba bergantung pada pasar (permintaan), permintaan ditentukan oleh jumlah penduduk, penduduk bergantung pada upah dan akhirnya upah ditentukan oleh output yang dihasilkan.
Dugaan yang diterima sebagai dasar teori ekonomi klasik menyatakan bahwa faktor alam itu bersifat konstan, sehingga pendayagunaan sumber daya alam, modal dan tenaga kerja akan mencapai tingkat optimum atau produksi akan mencapai tingkat employment” dimana pada suatu waktu jumlah output tidak dapat ditingkatkan karena telah mencapai tahap optimum akibatnya, tingkat upah konstan maka, jumlah penduduk pun akan konstan karena biaya hidup bergantung pada tingkat upah.

B. Teori Ekonomi Neoklasik
Neo-klasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan beberapa aliran pemikiran ilmu ekonomi yang mencoba menjabarkan pembentukan harga, produksi, dan distribusi pendapatan melalui mekanisme permintaan dan penawaran pada suatu pasar (Wikipedia, 2013).
Teori ini dikembangkan oleh beberapa ekonom seperti Robert Sollow, Harrod-Domar, Alfred Marshall dan beberapa ekonom lainnya namun, yang akan dibahas hanya Robert Sollow, Harrod-Domar dan Alfred Marshall dimana mereka mempunyai asumsi masing-masing seperti :

1. Robert Sollow 

Asumsinya lebih menitikbertakan pada pertumbuhan hasil (output) yang akan terjadi atas penggunaan dua faktor input utama (modal dan tenaga kerja). Modal terdiri dari peralatan, bangunan, mesin, bahan baku, computer dan uang. Sedangkan faktor teknologi dianggap konstan.
2. Harrod – Domar

Asumsi yang digunakan menyatakan bahwa dengan penambahan modal akan meningkatkan kemampuan menghasilkan barang dan meningkatkan permintaan yang efektif. Menurut Domar pengeluaran untuk investasi memiliki pengaruh terhadap permintaan dan penawaran. Kemampuan masyarakat untuk berinvestasi sangat dipengaruhi oleh permintaan agregat yang berdaya beli dari masyarakat. Keinginan berinvestasi ini juga turut ditentukan oleh perbandingan pertumbuhan satu unit input modal dengan pertambahan output-nya.
3. Alfred Marshall

Salah satu tokoh yang terkenal dalam teori ekonomi Neoklasik ini adalah Alfred Marshal atau dikenal sebagai “Bapak Ilmu Ekonomi Neoklasik”. Alfred Marshall adalah sorang ahli ekonomi yang melalui bukunya Principles Of Economy (1980), mengembangkan ide tentang penawaran dan permintaan, marginal utility (kepuasan marginal) dan biaya produksi dalam suatau uraian yang tersusun dan berkaitan satu sama lain.


Sumber :

Hubungan Antara Kelahiran, Kematian, Dan Migrasi Penduduk Dengan Pembangunan Di Bidang Kesehatan Dan Ekonomi




Tingkat kematian penduduk yang tinggi salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakat yang rendah sebagai akibat dari rendahnya pendapatan (tingkat ekonomi rendah) masyarakat pedesaan untuk hidup layak dan minimnya atau tidak tersedianya sarana kesehatan yang memadai.


Gambar 1. Potret Kemiskinan
Pendapatan masyarakat pedesaan rendah karena sektor ekonomi lebih bertumpu pada daerah perkotaan membuat penduduk cenderung melakukan urbanisasi untuk memperoleh kesempatan kerja atau pendidikan yang lebih baik guna meningkatkan taraf hidupnya. Seiring kecenderungan penduduk melakukan urbanisasi dan memperoleh hidup yang layak di kota, menyebakan bertambahnya jumlah penduduk dari luar dan meningkatnya jumlah kelahiran di perkotaan membuat kepadatan penduduk meningkat. 


Gambar 2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan susah mencari kerja, biaya hidup makin tinggi, tingginya pencemaran lingkungan hidup di kota, buruknya tingkat kesehatan akibat polusi, dan tingginya tingkat kriminalitas membuat sebagian masyarakat melakukan ruralisasi selain itu, pemerintah juga melakukan transmigrasi bagi warga kota ke daerah tujuan transmigrasi (pedesaan) guna mendapatkan pekerjaan untuk hidup layak dan tentram. Disamping itu adanya potensi sumber daya alam di pedesaan membuat sebagian masyarakat dan perusahaan di kota untuk melakukan investasi dan atau berpindah ke pedesaan.                        
Ruralisasi dan transmigrasi menyebabkan adanya pembangunan infrasturukur pada segala bidang membuat roda perekonomian di desa berkembang sehingga pendapatan masyarakat desa meningkat untuk memperoleh hidup yang layak sehingga kualitas kesehatan membaik karena tersedianya sarana kesehatan dan dana kesehatan yang memadai.
Kehidupan yang layak, tingkat kesehatan yang membaik, pendidikan yang memadai dan di perolehnya pengetahuan/informasi kesehatan yang cukup cenderung menurunkan tingkat kematian dan membatasi jumlah kelahiran bayi sehingga tekanan penduduk dapat diatasi.

Kamis, 07 November 2013

Teknologi Sistem Informasi di Bidang Pertanian



Teknologi Sistem Informasi di Bidang Pertanian

Sistem Informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. 'Sistem Informasi' dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi berbasis komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu prosedur kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan mengolah data menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam mendukung keputusan (Tejoyuwono dan Ambarita).
Dalam banyak literatur istilah penguasaan teknologi (technological acquisition) didefinisikan sebagai kemampuan dalam menghasilkan dan memenej proses perubahan teknologi. Proses penguasaan ini melalui tahapan memilih, mendapatkan, menerapkan, memanaj, mengadopsi, mengimitasi, mengakuisisi, meng-up grade dan menguasai teknologi dari luar yang sudah lebih maju secara efektif dan efisien (Stewart, 1981).
Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, murah serta menghasilkan nilai tambah baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan hidup. Pendayagunaan teknologi tepat guna secara optimal akan dapat terwujud bila ada alih teknologi dari pencipta atau pemilik teknologi tepat guna kepada masyarakat pengguna teknologi tepat guna. Realita menunjukkan bahwa penemuan baru mengenai teknologi tepat guna cukup pesat, baik ditemukan oleh masyarakat, dunia usaha, perguruan tingga, lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah maupun swasta .
Perubahan teknologi pertanian dipengaruhi oleh faktor internal (pengalaman dan kebutuhan dari diri sendiri) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, penyuluhan) perubahan teknologi pertanian berpengaruh terhadap keadaan sosial-ekonomi masyarakat, tetapi tidak merubah status sosial dalam adat istiadat.
Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan pelaku pertanian serta kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi serta pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi, salah satu solusi yang ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan pengetahuan pertanian adalah pemanfaatan information and communication technologies (ICTs) yang untuk penyuluhan pertanian dikenal dengan sebutan “cyber extension” yang merupakan penggunaan jaringan on-line, computer dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini dipandang sangat strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas penyuluh, peneliti baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para manajer penyuluhan. Selain menggunakan “cyber extension” penyuluhan pertanian saat ini juga menggunakan multiple information system bagi masyarakat pedesaan untuk mendukung usaha dan bisnis pertanian serta perbaikan ekonomi rumah tangga masyarakat pedesaan. yan digunakan seperti Multiple communication systemtelephone, wireless information system, off-talk communication, FAX, CATV, personal computer communication, video tex, satellite communication system, internet (EI-net), television telephone system. Dengan adanya teknologi yang digunakan dalam penyuluhan pertanian diharapkan dapat meningkatkan layanan penyuluhan pada aktivitas petani dalam menyediakan inovasi pertanian yangsemakin advance dan membantu petugas penyuluhan pertanian dalam memainkan peran yang mengkoordinasi unsur pertanian di daerah agar dapat menjalin kerjasama denganpihak-pihak atau otoritas terkait.
Terbatasnya teknologi yang tepat sangat berpengaruh kepada produktifitas komoditas pertanian pada umumnya, sehingga belum tercapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan yang sebenarnya berpotensi untuk memberikan hasil yang lebih banyak. Rendahnya produktifitas lahan ini ditandai oleh besarnya senjang hasil yang diperoleh ditingkat petani dengan hasil di tingkat penelitian. Ada tiga komponen teknologi yang menyebabkan rendahnya produktifitas yaitu aplikasi teknologi budidaya yang masih rendah, penggunaan varitas yang kurang sesuai dengan kondisi lokalita, serta masih besarnya kehilangan hasil setelah panen. Terbatasnya teknologi berupa varitas lokalita dan besarnya kehilangan saat panen dan pasca panen merupakan indikator masih lemahnya pembinaan kepada petani serta minimmya peran daerah dalam menghasilkan teknologi.
Teknologi yang digunakan masih relatif sederhana dan penerapannya masih kurang tepat sasaran, hal ini karena regenerasi penyuluh tidak berjalan, minat petani terhadap teknologi dan mencari informasi masih lemah, karena penggunaan media informasi pertanian belum meluas.

Peran Multimedia

Radio Pertanian

Peran siaran radio bagi penyuluhan pertanian sangat penting khususnya di daerah-daerah di mana kebanyakan petani mempunyai radio. Kini banyak Pemerintah Daerah mengembangkan siaran radio pertanian. Bahkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia, juga ada yang membina siaran radio pertanian ini, baik siaran radio yang dimiliki Pemerintah daerah maupun swasta.
Pada intinya tujuan siaran radio pertanian ini adalah mengetahui dan meningkatkan peran radio terhadap percepatan informasi teknologi yang disertai kegiatan penyuluhan pertanian. Dengan cara seperti ini, maka diharapkan masyarakat, khususnya masyarakat pertanian dapat mengetahui pola siaran hal-hal yang berkaitan dengan pertanian yang sesuai dengan apa yang diperlukan oleh petani.
Kualitas siaran radio dan komponen pendukung siaran seperti materi siaran, program pendukung siaran (agar mendorong pendengar mendengarkan) seperti lagu-lagu dan persiapan kegiatan pengkajian, selalu terus ditingkatkan. Kegiatannya dapat dirancang, misalnya melakukan sosialisasi kegiatan; kemudian kegiatan test awal mengenai materi siaran yang akan diberikan. Post-test juga baik untuk dilakukan setelah satu bulan pelaksanaan program siaran.Tahap pelaksanaaan dilakukan dengan menyiarkan beberapa materi siaran dan kemudiaan dilakukan evaluasi oleh petugas, misalnya oleh pihak BPTP dengan mengevaluasi respon petani terhadap materi siaran, teknik siaran serta peningkatan kemampuan petani terhadap teknologi yang disiarkan yang dibuktikan dari peningkatan nilai test yang telah dibuat. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik tertentu.
Salah satu contoh penggunaan siaran radio untuk penyuluhan yang berhasil adalah yang dilakukan oleh BPTP Sulawesi Tengah. Sejak tahun 2002, pembinaan radio amatir telah dirintis oleh BPTP dengan pelaksananya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bahagia yang didukung oleh penyiar yang berasal dari pemuda dan anggota masyarakat setempat lainnya, menunjukkan bahwa siaran radio akan efektif kalau disiarkan mulai pukul 7.00 pagi hingga pukul 10.00 malam. Walaupun program siaran radio ini dinilai berhasil, namun disana-sini masih pula dijumpai kendala, misalnya dalam kaitannya dengan pendanaan khususnya untuk honorarium pegawai, perawatan peralatan, dan sebagainya. Kini pemerintah Daerah Sulawesi Tengah terus mengembangkan program siaran radio ini mengingat geografis daerah yang kadang-kadang sulit ditempuh dengan kendaraan. Siaran radio pertanian untuk daerah yang terisolasi menjadi amat penting.
Propinsi Jawa Timur dahulu mempunyai siaran radio pertanian yang kuat di Wonokromo, Surabaya Selatan, sehingga saat itu radio benar-benar dapat dipakai sebagai alat penyuluhan pertanian untuk mensukseskan program Bimbingan Massal (Bimas) sehingga akhirnya Jawa Timur mampu mencapai swasembada beras di tahun 1984-1985.

Televisi Pertanian
Pemerintah juga pernah memanfaatkan Televisi (TV) untuk kegiatan penyuluhan pertanian. Hingga kinipun program ini masih ada, namun sering tidak atau kurang dirancang untuk kebutuhan penyuluhan atau pendidikan pertanian, namun lebih condong ke program hiburan. Mestinya program-program siatan pertanian di TV, apapun bentuk dan ragamnya, hendaknya memperhatikan kaidah manfaat, artinya bagaimana program siaran pertanian yang disiarkan di TV tersebut dapat secara cepat diadopsi masyarakat, khususnya oleh masyarakat pertanian. Menurut (Rogers dan Shoemaker, 1986), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan siaran pertanian di TV ini, agar isinya cepat bermanfaat, yaitu program yang ditawarkan hendaknya berkaitan dengan cepat-tidaknya masyarakat melakukan adopsi siaran tersebut. Menurutnya, kecepatan adopsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (i) Sifat inovasinya, (ii) Sifat sasaran, (iii) Cara pengambilan keputusan sasaran, (iv) Saluran komunikasi yang digunakan, (v) Kondisi penyuluhnya sendiri dalam menyampaikan inovasi kepada sasaran, dan (vi) Ragam sumber informasi.
Dalam pada itu, Soekartawi (2005b) dalam bukunya ’Komunikasi Pertanian’ menyarankan agar adopsi (dan difusi inovasi) teknologi dapat berhasil, maka teknologi (bahan yang disuluhkan melalui TV tersebut) sebaiknya: (i) Mampu memberikan keuntungan yang relatif dapat dirasakan oleh adopternya (orang yang meniru teknologi tersebut); (ii) Bentuknya sederhana (simple) agar lebih mudah dipraktekkan; (iii) Sifatnya kompabilitias yaitu teknologi tersebut sesuai kebutuhan dan tidak bertentangan dengan keunggulan lokal atau tidak berlawanan dengan adat istiadat, norma dan budaya setempat; (iv) Mudah dicoba dengan memanfaatkan sumberdaya disekitar petani bertempat-tinggal; dan (v) Mudah dilakukan evaluasi oleh siapa saja, khususnya oleh petani.
Patut dicatat bahwa karena sekarang ini seringkali muncul adanya perubahan lingkungan strategis global yang mengarah kepada semakin kuatnya liberisasi dan globalisasi perdagangan pertanian, maka hal ini akan membawa konsekuensi terhadap daya saing komoditi pertanian di pasar internasional. Dengan demikian, maka peran informasi (dan komukasi) secara cepat melalui TV atau radio menjadi lebih penting lagi. Oleh karena itulah maka informasi dan komunikasi dari teknologi pertanian yang dibutuhkan petani semestinya juga mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang ada tersebut. Dengan demikian, informasi dan teknologi, bukan sekedar dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi mereka khususnya petani beserta keluarganya. Berkait dengan masalah ekonomi keluarga tani, tidak lepas dari pendapatan usahatani. Pendapatan petani adalah pendapatan yang diperoleh dari seluruh cabang usahatani selama waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekartawi, 1990).

Sumber :