Minggu, 17 November 2013

PERBANDINGAN TEORI EKONOMI KLASIK DAN NEOKLASIK

A. Teori Ekonomi Kalsik
Teori ini dikembangkan oleh Adam Smith yang menyatakan bahwa dengan pertumbuhan penduduk yang bertambah mengakibatkan hasil/output (Gross Net Product/PDB) akan bertambah pula, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi bergantung dari tingkat pertumbuhan penduduk itu sendiri.
Teori ini menganggap bahwa pertumbuhan penduduk itu bersifat pasif, dengan demikian pertumbuhan ekonomi suatu negara akan lebih banyak ditentukan oleh pertumbuhan output (PDB) dan ini saling berkaitan dimana pertumbuhan output (PDB) ditentukan oleh jumlah modal yang ditanam, modal di tentukan oleh laba yang diterima, laba bergantung pada pasar (permintaan), permintaan ditentukan oleh jumlah penduduk, penduduk bergantung pada upah dan akhirnya upah ditentukan oleh output yang dihasilkan.
Dugaan yang diterima sebagai dasar teori ekonomi klasik menyatakan bahwa faktor alam itu bersifat konstan, sehingga pendayagunaan sumber daya alam, modal dan tenaga kerja akan mencapai tingkat optimum atau produksi akan mencapai tingkat employment” dimana pada suatu waktu jumlah output tidak dapat ditingkatkan karena telah mencapai tahap optimum akibatnya, tingkat upah konstan maka, jumlah penduduk pun akan konstan karena biaya hidup bergantung pada tingkat upah.

B. Teori Ekonomi Neoklasik
Neo-klasik adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan beberapa aliran pemikiran ilmu ekonomi yang mencoba menjabarkan pembentukan harga, produksi, dan distribusi pendapatan melalui mekanisme permintaan dan penawaran pada suatu pasar (Wikipedia, 2013).
Teori ini dikembangkan oleh beberapa ekonom seperti Robert Sollow, Harrod-Domar, Alfred Marshall dan beberapa ekonom lainnya namun, yang akan dibahas hanya Robert Sollow, Harrod-Domar dan Alfred Marshall dimana mereka mempunyai asumsi masing-masing seperti :

1. Robert Sollow 

Asumsinya lebih menitikbertakan pada pertumbuhan hasil (output) yang akan terjadi atas penggunaan dua faktor input utama (modal dan tenaga kerja). Modal terdiri dari peralatan, bangunan, mesin, bahan baku, computer dan uang. Sedangkan faktor teknologi dianggap konstan.
2. Harrod – Domar

Asumsi yang digunakan menyatakan bahwa dengan penambahan modal akan meningkatkan kemampuan menghasilkan barang dan meningkatkan permintaan yang efektif. Menurut Domar pengeluaran untuk investasi memiliki pengaruh terhadap permintaan dan penawaran. Kemampuan masyarakat untuk berinvestasi sangat dipengaruhi oleh permintaan agregat yang berdaya beli dari masyarakat. Keinginan berinvestasi ini juga turut ditentukan oleh perbandingan pertumbuhan satu unit input modal dengan pertambahan output-nya.
3. Alfred Marshall

Salah satu tokoh yang terkenal dalam teori ekonomi Neoklasik ini adalah Alfred Marshal atau dikenal sebagai “Bapak Ilmu Ekonomi Neoklasik”. Alfred Marshall adalah sorang ahli ekonomi yang melalui bukunya Principles Of Economy (1980), mengembangkan ide tentang penawaran dan permintaan, marginal utility (kepuasan marginal) dan biaya produksi dalam suatau uraian yang tersusun dan berkaitan satu sama lain.


Sumber :

Hubungan Antara Kelahiran, Kematian, Dan Migrasi Penduduk Dengan Pembangunan Di Bidang Kesehatan Dan Ekonomi




Tingkat kematian penduduk yang tinggi salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakat yang rendah sebagai akibat dari rendahnya pendapatan (tingkat ekonomi rendah) masyarakat pedesaan untuk hidup layak dan minimnya atau tidak tersedianya sarana kesehatan yang memadai.


Gambar 1. Potret Kemiskinan
Pendapatan masyarakat pedesaan rendah karena sektor ekonomi lebih bertumpu pada daerah perkotaan membuat penduduk cenderung melakukan urbanisasi untuk memperoleh kesempatan kerja atau pendidikan yang lebih baik guna meningkatkan taraf hidupnya. Seiring kecenderungan penduduk melakukan urbanisasi dan memperoleh hidup yang layak di kota, menyebakan bertambahnya jumlah penduduk dari luar dan meningkatnya jumlah kelahiran di perkotaan membuat kepadatan penduduk meningkat. 


Gambar 2. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan susah mencari kerja, biaya hidup makin tinggi, tingginya pencemaran lingkungan hidup di kota, buruknya tingkat kesehatan akibat polusi, dan tingginya tingkat kriminalitas membuat sebagian masyarakat melakukan ruralisasi selain itu, pemerintah juga melakukan transmigrasi bagi warga kota ke daerah tujuan transmigrasi (pedesaan) guna mendapatkan pekerjaan untuk hidup layak dan tentram. Disamping itu adanya potensi sumber daya alam di pedesaan membuat sebagian masyarakat dan perusahaan di kota untuk melakukan investasi dan atau berpindah ke pedesaan.                        
Ruralisasi dan transmigrasi menyebabkan adanya pembangunan infrasturukur pada segala bidang membuat roda perekonomian di desa berkembang sehingga pendapatan masyarakat desa meningkat untuk memperoleh hidup yang layak sehingga kualitas kesehatan membaik karena tersedianya sarana kesehatan dan dana kesehatan yang memadai.
Kehidupan yang layak, tingkat kesehatan yang membaik, pendidikan yang memadai dan di perolehnya pengetahuan/informasi kesehatan yang cukup cenderung menurunkan tingkat kematian dan membatasi jumlah kelahiran bayi sehingga tekanan penduduk dapat diatasi.

Kamis, 07 November 2013

Teknologi Sistem Informasi di Bidang Pertanian



Teknologi Sistem Informasi di Bidang Pertanian

Sistem Informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. 'Sistem Informasi' dapat berupa gabungan dari beberapa elemen teknologi berbasis komputer yang saling berinteraksi dan bekerja sama berdasarkan suatu prosedur kerja (aturan kerja) yang telah ditetapkan, dimana memproses dan mengolah data menjadi suatu bentuk informasi yang dapat digunakan dalam mendukung keputusan (Tejoyuwono dan Ambarita).
Dalam banyak literatur istilah penguasaan teknologi (technological acquisition) didefinisikan sebagai kemampuan dalam menghasilkan dan memenej proses perubahan teknologi. Proses penguasaan ini melalui tahapan memilih, mendapatkan, menerapkan, memanaj, mengadopsi, mengimitasi, mengakuisisi, meng-up grade dan menguasai teknologi dari luar yang sudah lebih maju secara efektif dan efisien (Stewart, 1981).
Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, murah serta menghasilkan nilai tambah baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan hidup. Pendayagunaan teknologi tepat guna secara optimal akan dapat terwujud bila ada alih teknologi dari pencipta atau pemilik teknologi tepat guna kepada masyarakat pengguna teknologi tepat guna. Realita menunjukkan bahwa penemuan baru mengenai teknologi tepat guna cukup pesat, baik ditemukan oleh masyarakat, dunia usaha, perguruan tingga, lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah maupun swasta .
Perubahan teknologi pertanian dipengaruhi oleh faktor internal (pengalaman dan kebutuhan dari diri sendiri) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, penyuluhan) perubahan teknologi pertanian berpengaruh terhadap keadaan sosial-ekonomi masyarakat, tetapi tidak merubah status sosial dalam adat istiadat.
Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan pelaku pertanian serta kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi serta pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi, salah satu solusi yang ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan pengetahuan pertanian adalah pemanfaatan information and communication technologies (ICTs) yang untuk penyuluhan pertanian dikenal dengan sebutan “cyber extension” yang merupakan penggunaan jaringan on-line, computer dan digital interactive multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini dipandang sangat strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas penyuluh, peneliti baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para manajer penyuluhan. Selain menggunakan “cyber extension” penyuluhan pertanian saat ini juga menggunakan multiple information system bagi masyarakat pedesaan untuk mendukung usaha dan bisnis pertanian serta perbaikan ekonomi rumah tangga masyarakat pedesaan. yan digunakan seperti Multiple communication systemtelephone, wireless information system, off-talk communication, FAX, CATV, personal computer communication, video tex, satellite communication system, internet (EI-net), television telephone system. Dengan adanya teknologi yang digunakan dalam penyuluhan pertanian diharapkan dapat meningkatkan layanan penyuluhan pada aktivitas petani dalam menyediakan inovasi pertanian yangsemakin advance dan membantu petugas penyuluhan pertanian dalam memainkan peran yang mengkoordinasi unsur pertanian di daerah agar dapat menjalin kerjasama denganpihak-pihak atau otoritas terkait.
Terbatasnya teknologi yang tepat sangat berpengaruh kepada produktifitas komoditas pertanian pada umumnya, sehingga belum tercapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan yang sebenarnya berpotensi untuk memberikan hasil yang lebih banyak. Rendahnya produktifitas lahan ini ditandai oleh besarnya senjang hasil yang diperoleh ditingkat petani dengan hasil di tingkat penelitian. Ada tiga komponen teknologi yang menyebabkan rendahnya produktifitas yaitu aplikasi teknologi budidaya yang masih rendah, penggunaan varitas yang kurang sesuai dengan kondisi lokalita, serta masih besarnya kehilangan hasil setelah panen. Terbatasnya teknologi berupa varitas lokalita dan besarnya kehilangan saat panen dan pasca panen merupakan indikator masih lemahnya pembinaan kepada petani serta minimmya peran daerah dalam menghasilkan teknologi.
Teknologi yang digunakan masih relatif sederhana dan penerapannya masih kurang tepat sasaran, hal ini karena regenerasi penyuluh tidak berjalan, minat petani terhadap teknologi dan mencari informasi masih lemah, karena penggunaan media informasi pertanian belum meluas.

Peran Multimedia

Radio Pertanian

Peran siaran radio bagi penyuluhan pertanian sangat penting khususnya di daerah-daerah di mana kebanyakan petani mempunyai radio. Kini banyak Pemerintah Daerah mengembangkan siaran radio pertanian. Bahkan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia, juga ada yang membina siaran radio pertanian ini, baik siaran radio yang dimiliki Pemerintah daerah maupun swasta.
Pada intinya tujuan siaran radio pertanian ini adalah mengetahui dan meningkatkan peran radio terhadap percepatan informasi teknologi yang disertai kegiatan penyuluhan pertanian. Dengan cara seperti ini, maka diharapkan masyarakat, khususnya masyarakat pertanian dapat mengetahui pola siaran hal-hal yang berkaitan dengan pertanian yang sesuai dengan apa yang diperlukan oleh petani.
Kualitas siaran radio dan komponen pendukung siaran seperti materi siaran, program pendukung siaran (agar mendorong pendengar mendengarkan) seperti lagu-lagu dan persiapan kegiatan pengkajian, selalu terus ditingkatkan. Kegiatannya dapat dirancang, misalnya melakukan sosialisasi kegiatan; kemudian kegiatan test awal mengenai materi siaran yang akan diberikan. Post-test juga baik untuk dilakukan setelah satu bulan pelaksanaan program siaran.Tahap pelaksanaaan dilakukan dengan menyiarkan beberapa materi siaran dan kemudiaan dilakukan evaluasi oleh petugas, misalnya oleh pihak BPTP dengan mengevaluasi respon petani terhadap materi siaran, teknik siaran serta peningkatan kemampuan petani terhadap teknologi yang disiarkan yang dibuktikan dari peningkatan nilai test yang telah dibuat. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik tertentu.
Salah satu contoh penggunaan siaran radio untuk penyuluhan yang berhasil adalah yang dilakukan oleh BPTP Sulawesi Tengah. Sejak tahun 2002, pembinaan radio amatir telah dirintis oleh BPTP dengan pelaksananya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bahagia yang didukung oleh penyiar yang berasal dari pemuda dan anggota masyarakat setempat lainnya, menunjukkan bahwa siaran radio akan efektif kalau disiarkan mulai pukul 7.00 pagi hingga pukul 10.00 malam. Walaupun program siaran radio ini dinilai berhasil, namun disana-sini masih pula dijumpai kendala, misalnya dalam kaitannya dengan pendanaan khususnya untuk honorarium pegawai, perawatan peralatan, dan sebagainya. Kini pemerintah Daerah Sulawesi Tengah terus mengembangkan program siaran radio ini mengingat geografis daerah yang kadang-kadang sulit ditempuh dengan kendaraan. Siaran radio pertanian untuk daerah yang terisolasi menjadi amat penting.
Propinsi Jawa Timur dahulu mempunyai siaran radio pertanian yang kuat di Wonokromo, Surabaya Selatan, sehingga saat itu radio benar-benar dapat dipakai sebagai alat penyuluhan pertanian untuk mensukseskan program Bimbingan Massal (Bimas) sehingga akhirnya Jawa Timur mampu mencapai swasembada beras di tahun 1984-1985.

Televisi Pertanian
Pemerintah juga pernah memanfaatkan Televisi (TV) untuk kegiatan penyuluhan pertanian. Hingga kinipun program ini masih ada, namun sering tidak atau kurang dirancang untuk kebutuhan penyuluhan atau pendidikan pertanian, namun lebih condong ke program hiburan. Mestinya program-program siatan pertanian di TV, apapun bentuk dan ragamnya, hendaknya memperhatikan kaidah manfaat, artinya bagaimana program siaran pertanian yang disiarkan di TV tersebut dapat secara cepat diadopsi masyarakat, khususnya oleh masyarakat pertanian. Menurut (Rogers dan Shoemaker, 1986), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan siaran pertanian di TV ini, agar isinya cepat bermanfaat, yaitu program yang ditawarkan hendaknya berkaitan dengan cepat-tidaknya masyarakat melakukan adopsi siaran tersebut. Menurutnya, kecepatan adopsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (i) Sifat inovasinya, (ii) Sifat sasaran, (iii) Cara pengambilan keputusan sasaran, (iv) Saluran komunikasi yang digunakan, (v) Kondisi penyuluhnya sendiri dalam menyampaikan inovasi kepada sasaran, dan (vi) Ragam sumber informasi.
Dalam pada itu, Soekartawi (2005b) dalam bukunya ’Komunikasi Pertanian’ menyarankan agar adopsi (dan difusi inovasi) teknologi dapat berhasil, maka teknologi (bahan yang disuluhkan melalui TV tersebut) sebaiknya: (i) Mampu memberikan keuntungan yang relatif dapat dirasakan oleh adopternya (orang yang meniru teknologi tersebut); (ii) Bentuknya sederhana (simple) agar lebih mudah dipraktekkan; (iii) Sifatnya kompabilitias yaitu teknologi tersebut sesuai kebutuhan dan tidak bertentangan dengan keunggulan lokal atau tidak berlawanan dengan adat istiadat, norma dan budaya setempat; (iv) Mudah dicoba dengan memanfaatkan sumberdaya disekitar petani bertempat-tinggal; dan (v) Mudah dilakukan evaluasi oleh siapa saja, khususnya oleh petani.
Patut dicatat bahwa karena sekarang ini seringkali muncul adanya perubahan lingkungan strategis global yang mengarah kepada semakin kuatnya liberisasi dan globalisasi perdagangan pertanian, maka hal ini akan membawa konsekuensi terhadap daya saing komoditi pertanian di pasar internasional. Dengan demikian, maka peran informasi (dan komukasi) secara cepat melalui TV atau radio menjadi lebih penting lagi. Oleh karena itulah maka informasi dan komunikasi dari teknologi pertanian yang dibutuhkan petani semestinya juga mampu mengantisipasi berbagai perubahan yang ada tersebut. Dengan demikian, informasi dan teknologi, bukan sekedar dapat meningkatkan produktivitas, tetapi juga dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi mereka khususnya petani beserta keluarganya. Berkait dengan masalah ekonomi keluarga tani, tidak lepas dari pendapatan usahatani. Pendapatan petani adalah pendapatan yang diperoleh dari seluruh cabang usahatani selama waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual (Soekartawi, 1990).

Sumber :

Rabu, 23 Oktober 2013

BAB II METODOLOGI SIKLUS HIDUP SISTEM INFORMASI


BAB II  METODOLOGI  SIKLUS  HIDUP  SISTEM  INFORMASI

A.    Definisi Metodologi
Metodologi adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi juga bisa disebut sebagai suatu teknik/cara untuk mengerjakan sebuah pekerjaan dengan urutan-urutan tertentu atau prosedur-prosedur tertentu.
B.     Beberapa macam model/metodologi Sistem Informasi
1.      Model SDLC (System Development Life Cycle)
Secara umum pada model SDLC ini terdapat 5 tahapan yaitu : Perencanaan, Analisis, Perancangan, Implementasi, dan Penggunaan.
2.      Structural Design
Structural Design adalah sebuah metodologi dimana setiap fasenya dilakukan secara berurut setelah fase sebelumnya selesai. Metodologi ini meminimalisir adanya perubahan selama proyek berlangsung. Jika muncul perubahan kebutuhan menjelang akhir proyek maka fase analisis dan seterusnya harus di ulang dan akan memakan waktu dan biaya yang lebih besar lagi.
3.      RAD (Rapid Application Development)
Metodologi RAD ini tetap mengadopsi dasar dari SDLC dan dimodifikasi agar pengembangan sistem menjadi lebih cepat. Pada metodologi ini juga di sisipi dengan metode prototyping yaitu sebuah metode pembangunan sistem yang membangun beberapa versi sistem secara berkelanjutan dimana setiap versi sistem itu merupakan versi minimalis yang telah melalui verifikasi pengguna. Model ini dimulai dari pemodelan bisnis, pemodelan data, pemodelan proses, pembangkitan aplikasi dan pengujian.
4.      Sekuensial Linier (Pressman)
Model ini terdiri dari tahapan perencanaan sistem (rekayasa sistem), analisa kebutuhan, desain, penulisan program, pengujian dan perawatan sistem.
5.      Prototipe (Prototyping Model),
Model ini dimulai dengan pengumpulan kebutuhan dan perbaikan, desain cepat, pembentukan prototipe, evaluasi pelanggan terhadap prototipe, perbaikan prototipe dan produk akhir.
6.      Model evolusioner  (dapat berupa model incremental atau model spiral)
Model incremental merupakan gabungan model sekuensial linier dengan prototyping (mis perangkat lunak pengolah kata dengan berbagai versi). Sedangkan model spiral menekan adanya analisa resiko. Jika analisa resiko menunjukkan ada ketidakpastian terhadap kebutuhan, maka pengembangan sistem dapat dihentikan.
7.      Model generasi ke-empat (4GT)
Model ini dimulai dengan pengumpulan kebutuhan, strategi perancangan, implementasi menggunakan 4GL dan pengujian.
Dari ke tujuh model diatas salah satunya akan di bahas dari sudut metodolgi yaitu system informasi model SDLC.
C.    Model/Metodologi SDLC (System Development Life Cycle)
Pengembangan sebuah sistem, terdapat sistem yang dikenal dengan konsep SDLC (system development life cycle). Secara global definisi SDLC dapat dikatakan sebagai suatu proses berkesinambungan untuk menciptakan atau mengubah sebuah sistem dan merupakan sebuah model atau metodologi yang digunakan untuk melakukan pengembangan sistem. Dapat dikatakan dalam SDLC merupakan usaha bagaimana sebuah sistem informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis, rancangan & pembangunan sistem serta delivering-nya kepada pengguna.
Secara umum pada model SDLC ini terdapat 5 tahapan yaitu : Perencanaan, Analisis, Perancangan, Implementasi, dan Penggunaan.

Gambar 1. Metodologi Siklus Hidup Sistem Informasi
1.      Tahapan Perencanaan
1)      Menyadari Masalah
Kebutuhan akan proyek biasanya dirasakan oleh manajer perusahaan, non manajer, dan elemen-elemen dalam lingkungan perusahaan.
2)      Mendefinisikan Masalah
Setelah manajer menyadari  adanya masalah, ia harus memahaminya dengan baik agar dapat mengatasi permasalahan tersebut. Ia melakukan identifikasi dimana letak permasalahannya, penyebabnya dan berusaha mengumpulkan semua informasi. Selain itu, manajer memerlukan bantuan analis sistem yang saling bekerja sama dengan manajer.
3)      Menentukan Tujuan Sistem
Manajer dan analis sistem mengembangkan suatu daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi oleh sistem untuk memuaskan pemakai. Sehingga tujuan hanya dinyatakan secara umum, yang nantinya akan dibuat lebih spesifik.
4)      Mengidentifikasi Kendala Sistem
Sistem baru dalam pengoperasiannya tidak bebas dari kendala. Beberapa kendala mungkin ditimbulkan oleh lingkungan, seperti laporan pajak yang diminta oleh pemerintah dan informasi pembayaran yang dibutuhkan oleh konsumen dan keharusan menggunakan perangkat keras yang telah ada. Kendala itu penting untuk diidentifikasi sebelum sistem  mulai dikerjakan.
5)      Membuat Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah suatu tinjauan seklias pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ada enam dimensi kelayakan, yaitu :
a.       Teknis ; tersediakah hardware dan software untuk melaksanakan pemrosesan yang diperlukan?
b.      Pengembalian ekonomis ; dapatkah sistem yang diajukan dinilai secara keuangan dengan membandingkan kegunaan dan biayanya ?
c.       Pengembalian non ekonomis ; dapatkah sistem yang diajukan dinilai berdasarkan keuntungan-keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang?
d.      Hukum dan etika ; akankah sistem yang diajukan beroperasi dalam batasan hukum dan etika?
e.       Operasional ; apakah rancangan sistem akan didukung oleh orang-orang yang akan menggunakannya?
f.       Jadwal ; mungkinkah penerapan sistem dalam kendala waktu yang ditetapkan ?
Analis sistem mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk menyawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mewawancarai beberapa pegawai penting dalam area pemakai.
6)      Menyiapkan usulan penelitian sistem
Jika suatu sistem dan proyek tampak layak, diperlukan penelitian sistem secara menyeluruh. Penelitian sistem (sistem study) akan memberikan dasar yang terinci bagi rancangan sistem baru mengenai apa yang harus dilakukan sistem itu dan bagaimana sistem tersebut melakukannya. Analis akan menyiapkan usulan penelitian sistem yang memberi dasar bagi manajer untuk menentukan perlu tidaknya pengeluaran untuk analisis. Hal penting yang harus diingat tentang usulan tersebut adalah bahwa sebagian besar isinya didasarkan pada perkiraan (perkiraan merupakan informasi terbaik yang tersedia) dan perkiraan jauh lebih baik daripada tanpa informasi sama sekali. Selebihnya akan dipelajari ketika siklus hidup mulai berjalan.

7)      Menyetujui atau menolak proyek penelitian
Manajer dan komite pengarah menimbang pro dan kontra proyek dan rancangan sistem yang diusulkan, serta menentukan apakah perlu diteruskan à keputusan teruskan / hentikan. Pertimbangan penting yang perlu dilakukan yaitu :
a.       Akankah sistem yang diusulkan dapat mencapai tujuannya?
b.      Apakah penelitian proyek yang diusulkan merupakan cara terbaik untuk melakukan analisis sistem?
Jika keputusannya adalah teruskan maka proyek akan berlanjut ke tahap penelitian (analisis). Namun, jika keputusannya hentikan maka semua pihak mengalihkan perhatiannya ke masalah-masalah lain.
8)      Menetapkan mekanisme pengendalian
Sebelum penelitian sistem dimulai, manajer menetapkan pengendalian proyek dengan menentukan apa yang harus dikerjakan, siapa yang melakukannya, dan kapan akan dilaksanakan. Setelah jadwal ditetapkan, jadual tersebut harus di dokumentasikan dalam bentuk yang memudahkan pengendalian (misalkan gunakan Microsoft Project).
  1. Tahapan Analisis
1)      Mengumumkan Penelitian Sistem
Manajer khawatir terhadap penerapan aplikasi komputer baru yang mempengaruhi kerja para pegawainya. Sehingga perlu dikomunikasikan kepada para pegawai tentang :
a.       alasan perusahaan melaksanakan proyek
b.      bagaimana sistem baru akan menguntungkan perusahaan dan pegawai.
2)      Tim Proyek
Tim proyek yang akan melakukan penelitian sistem dikumpulkan. Agar proyek berhasil, pemakai sangat perlu berperan aktif daripada berperan pasif. Banyak perusahaan mempunyai kebijakan menjadikan pemakai sebagai pemimpin proyek dan bukannya spesialis informasi.


3)      Mendefinisikan Kebutuhan Informasi
Analis mempelajari kebutuhan informasi pemakai dengan terlibat dalam berbagai kegiatan pengumpulan informasi (wawancara, pemgamatan, pencarian catatan, dan survei). Dari semua metode tersebut, wawancara perorangan lebih disukai, dengan alasan :
a.       Menyediakan komunikasi dua arah dan pengamatan terhadap bahasa tubuh.
b.      Dapat meningkatkan antusiasme pada proyek baik dari pihak spesialis maupun pihak pemakai.
c.       Dapat menjalin kepercayaan antara pemakai dan spesialis informasi.
d.      Memberi kesempatan bagi peserta proyek untuk mengungkapan pandangan yang berbeda bahkan bertentangan.
Dokumentasi dapat berupa flowchart, diagram aliran data (data flow diagram), dan grafik serta penjelasan naratif dari proses dan data. Istilah kamus proyek sering digunakan untuk menggambarkan semua dokumentasi yang menjelaskan suatu sistem.
4)      Mendefinisikan Kriteria Kinerja Sistem
Langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat apa yang harus dicapai oleh sistem, yaitu kriteria kinerja sistem. Misalkan,
a.       Laporan harus disiapkan dalam bentuk salinan kertas dan tampilan komputer;
b.      Laporan harus tersedia tidak lebih dari 3 hari setelah akhir bulan;
c.       Laporan harus membandingkan pendapatan dan biaya actual dengan anggarannya baik untuk bulan lalu maupun sepanjang tahun hingga sekarang (year to date).
5)      Menyiapkan Usulan Rancangan
Analis sistem memberikan kesempatan bagi manajer untuk membuat keputusan teruskan atau hentikan untuk kedua kalinya. Dalam hal ini manajer harus menyetujui tahap rancangan dan kungan bagi keputusan tersebut termasuk di dalam usulan rancangan.
6)      Menerima atau Menolak Proyek Rancangan
Manajer dan komite pengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak. Dalam beberapa kasus, tim mungkin diminta melakukan analisis lain dan menyerahkannya kembali atau mungkin proyek ditinggalkan jika disetujui, proyek maju ke tahap rancangan.

  1. Tahapan Perancangan
1)      Menyiapkan rancangan sistem yang terinci
Analisis bekerja sama dengan pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru dengan alat-alat yang dijelaskan dalam modul teknis. Beberapa alat memudahkan analis untuk menyiapkan dokumentasi secara top-down, dimulai dengan gambaran besar dan secara bertahap mengarah lebih rinci. Pendekatan top-down ini merupakan ciri rancangan terstruktur (structured design), yaitu rancangan bergerak dari tingkat sistem ke tingkat subsistem.
2)      Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
Analis mengidentifikasi konfigurasi – bukan merek atau model – peralatan komputer yang akan memberikan hasil yang terbaik bagi sistem dalam menyelesaikan pemrosesan. Identifikasi merupakan suatu proses berurutan, dimulai dengan berbagai kombinasi yang dapat menyelesaikan setiap tugas.
3)      Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem
Analis bekerja sama dengan manajer mengevaluasi berbagai alternatif. Alternatif yang dipilih adalah yang paling memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala yang ada.
4)      Mimilih konfigurasi terbaik
Analis mengevaluasi semua konfigurasi subsistem dan menyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah selesai, analis membuat rekomendasi kepada manajer untuk disetujui.
5)      Menyiapkan usulan penerapan
Analis menyiapkan usulan penerapan yang mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan, keuntungan yang diharapkan, dan biayanya.

6)      Menyetujui atau menolak penerapan sistem
Keputusan untuk terus pada tahap penerapan sangatlah penting, karena usaha ini akan sangat meningkatkan jumlah orang yang terlibat. Jika keuntungan yang diharapkan dari sistem melebihi biayanya, maka penerapan akan disetujui

  1. Tahapan Penerapan
1)      Merencanakan penerapan
      Manajer dan spesialis informasi harus memahami dengan baik pekerjaan yang diperlukan untuk menerapkan rancangan sistem dan untuk mengembangkan rencana penerapan yang sangat rinci.
2)      Mengumumkan penerapan
      Proyek penerapan diumumkan kepada para pegawai dengan cara yang sama pada penelitian sistem. Tujuannya adalah untuk menginformasikan kepada para pegawai mengenai keputusan untuk menerapkan sistem baru dan meminta kerjasama mereka.
3)      Mendapatkan sumber daya perangkat keras
Rancangan sistem disediakan bagi para pemasok berbagai jenis perangkat keras yang terdapat pada konfigurasi sistem yang disetujui. Setiap pemasok diberikan request for proposal (RFP), yang berisi antara lain :
a.       Surat yang ditransmisikan
b.      Tujuan dan kendala sistem
c.       Rancangan sistem : deskripsi ringkasan, kriteria kerja, konfigurasi peralatan, dokumentasi sistem ringkasan, perkiraan volume transaksi, perkiraan ukuran file.
d.      Jadwal pemasangan
4)      Mendapatkan Sumber Daya Perangkat Lunak
      Ketika perusahaan memutuskan untuk menciptakan sendiri perangkat lunak aplikasinya, programmer menggunakan dokumentasi yang disiapkan oleh analis sistem sebagai titik awal. Programmer dapat menyiapkan dokumentasi yang lebih rinci seperti flowchart atau bahasa semu (psedudo code) yang terstruktur, dilakukan pengkodean, dan pengujian program. Hasil akhirnya adalah software library dari program aplikasi.
5)      Menyiapkan Database
      Pengelola database (database administrator – DBA) bertanggung jawab untuks emua kegiatan ynag berhubungan dengan data, dan mencakup persiapan database. Hal tersebut memerlukan pengumpulan data baru atau data yang telah ada perlu dibentuk kembali sehingga sesuai dengan rancangan sistem baru dan menggunakan sistem manajemen basis data (database management sistem – DBMS).
6)      Menyiapkan fasilitas fisik
Jika perangkat keras dan sistem baru tidak sesuai dengan fasilitas yang ada, perlu dilakukan konstruksi baru atau perombakan. Sehingga pembangunan fasilitas tersebut merupakan tugas berat dan harus dijadualkan sehingga sesuai dengan keseluruhan rencana proyek.
7)      Mendidik peserta dan pemakai
      Sistem baru kemungkinan besar akan mempengaruhi banyak orang. Beberapa orang akan membuat sistem bekerja. Mereka disebut dengan peserta, yang meliputi operator entry data, pegawai coding, dan pegawai administrasi lainnya. Semuanya harus dididik tentang peran mereka dalam sistem. Pendidikan harus dijadualkan jauh setelah siklus hidup dimulai, tepat sebelum bahan-bahan yang dipelajari mulai diterapkan.
8)      Menyiapkan usulan cutover
      Proses menghentikan penggunaan sistem lama dan memulai menggunakan sistem baru disebut cutover. Ketika seluruh pekerjaan pengembangan hampir selesai , tim proyek merekomendasikan kepada manajer agar dilaksanakan cutover (dalam memo atau laporan lisan)
9)      Menyetujui atau menolak masuk ke sistem baru
      Manajer menelaah status proyek dan menyetujui atau menolak rekomendasi tersebut. Bila manajemen menyetujui maka manajemen menentukan tanggal cutover. Namun, bila manajemen menolak maka manajemen menentukan tindakan yang harus diambil dan tugas yang harus diselesaikan sebelum cutover akan dipertimbangkan kembali, kemudian manajemen menjadwalkan tanggal baru.
10)   Masuk Ke Sistem Baru
Ada 4 pendekatan dasar (cutover), yaitu :
a)      Percontohan (pilot) yaitu suatu sistem percobaan yang diterapkan dalam satu subset dari keseluruhan operasi.
b)      Serentak (immediate) merupakan pendekatan yang paling sederhana yakni beralih dari sistem lama ke sistem baru pada saat yang ditentukan.
c)      Bertahap (phased), sistem baru digunakan berdasarkan bagian per bagian pada suatu waktu.
d)     Paralel (parallel), mengharuskan sistem lama dipertahankan sampai sistem baru telah diperiksa secara menyeluruh.
      Cutover menandakan berakhirnya bagian pengembangan dari siklus hidup sistem. Penggunaan sistem dapat dimulai sekarang.

  1. Tahapan Penggunaan
1)      Menggunakan sistem
Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
2)      Audit sistem
Setelah sistem baru mapan, penelitian formal dilakukan untuk menentukan seberapa baik sistem baru itu memenuhi kriteria kinerja. Studi tersebut dikenal dengan istilah penelaahan setelah penerapan (post implementation review
3)      Memelihara sistem
Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi dibuat sehingga sistem terus memberikan dukungan yang diperlukan. Modifikasinya disebut pemeliharaan sistem (sistem maintenance). Pemeliharaan sistem dilaksakan untuk 3 alasan, yakni :
a.          Memperbaiki kesalahan
b.         Menjaga kemutakhiran sistem
c.          Meningkatkan sistem
4)      Menyiapkan usulan rekayasa ulang
Ketika sudah jelas bagi para pemakai dan spesialis informasi bahwa sistem tersebut tidak dapat lagi digunakan, diusulkan kepada pembuat system bahwa sistem itu perlu direkayasa ulang (reengineered). Usulan itu dapat berbentuk memo atau laporan yang mencakup dukungan untuk beralih pada suatu siklus hidup sistem baru. Dukungan tersebut mencakup penjelasan tentang kelemahan inheren sistem, statistik mengenai biaya perawatan, dan lain-lain.
5)      Menyetujui atau menolak rekayasa ulang sistem
Manajer dan komite pengarah sistem informasi mengevaluasi usulan rekayasa ulang sistem dan menentukan apakah akan memberikan persetujuan atau tidak.




DAFTAR PUSTAKA